Showing posts with label Travelling. Show all posts
Showing posts with label Travelling. Show all posts

Thursday, December 8, 2016

HOW TO SURVIVE IN JAKARTA


Hai haiiii, udah lama saya ga update blog lagi. Karena beberapa minggu terakhir itu isunya hangat tentang agama, jadi yaaaaa. Saya off dulu. Menyegarkan pikiran. Hehe.
Sebenarnya tulisan ini udah lama ingin ditulis. Cuma, karena saya sibuk (sok sibuk), jadi kurang waktu bermesraan dengan laptop. Halah, bahasanya itu kadang agak labil. Kadang formal, kadang gaul, kadang biasa aja. Jadi, kalau sekarang sedang gaul. Ya, paham-paham aja lah.
Yang perlu saya jelasin disini adalah mengapa saya menulis tulisan ini? Karena selalu ada alasan kenapa saya menulis ini. Eaaaaa.
1.       Banyak paradigma orang-orang buruk tentang Jakarta.
2.       Keamanan yang kurang di Ibukota
3.       Ga tau jalan

Well, mau dijelasin satu-satu? Bahwa ke empat poin di atas tidak sepenuhnya benar. Atau boleh di bilang Totally Wrong!!!!!

Paradigma buruk tentang Jakarta. Sebenarnya, paradigma buruk ini, untuk Jakarta di jaman dulu. Karena dulu, memang banyak kejahatan. Copet, palak, rampok. Memang banyak. Karena sewaktu pertama kali ke Jakarta, pengamanan dari kakakku luar biasa. Sekitar tahun 2004. Waktu itu memang Ibuku hampir jadi korban copet plus hipnotis. Nah, dulu memang banyak. Sekarangpun masih banyak. Hanya saja tidak terlalu banyak seperti dulu. Jawaban ini sebenarnya nyangkut untuk poin dua juga. Intinya kita mesti aware dengan lingkungan dan selalu ga lupa sama yang pencipta. Misalnya Dzikir atau do’a di dalam hati. Nah, kalau seperti itu, yang namanya hipnotis bakal jauh-jauh deh. Aware sama barang bawaan kita juga.

Nah, kalau dulu itu, banyak kasus copet di metromini, kopaja, angkot, dan lain-lain. Belum lagi karena pengamen yang tiap sebentar datang. Kalau nggak dikasih, ngamuk-ngamuk.  Untuk kasus copet, masih ada kok di Jakarta. Impossible kalau ga ada sama sekali. Bukan Ibukota namanya. Tapi kita bisa meminimalisir. Jakarta sekarang jauh  lebih ramah dibanding dulu. Terbukti dengan adanya transportasi umum yang lebih manusiawi. Ada commuterline, transportasi online dan transjakarta.

1.       Commuterline
Commuterline ini inovasi dari kereta api. Rutenya se Jabodetabek. Ingat ya, JABODETABEK itu Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Jadi, rutenya lumayan banyak. Juga di dalamnya memiliki AC. Ya, minimal seperti kereta di Jepang lah. Karena seingat saya sih, itu pemberian Jepang. Yang terpenting adalah punya PETA Commuterline. Mungkin ini adalah kewajiban bagi orang yang baru menggunakan transportasi ini. Kalau sudah biasa sih, gak perlu karena sudah expert.

Peta KRL

Di dalam kereta berdesak-desakan di jam sibuk


Ketika gak di jam sibuk


Agar bisa menaiki Commuterline harus punya tiket dulu. Eits, jangan karena saya menyebutnya tiket, yang dibayangkan adalah kertas. Jangan. Karena tiket disini itu semacam kartu. Di dalamnya terdapat saldo online kita, atau e-money. Terdapat banyak sih. Ada dari BCA namanya Flash, BRI ada BRIZZI, ataupun langsung dari Commuterlinenya, jaminan harian atau multitrip, dll.
Kartu Jaminan Harian Kereta

Kartu Multi Trip

Tapi, di dalam kereta ini, tetap mesti berhati-hati ya. Baik fisik maupun barang-barang. Kenapa saya katakana fisik? Karena yang naik bukan kita saja. Rata-rata karyawan yang domisili JABODETABEK pasti menggunakan kereta. Nah, untuk bisa masuk ke kereta, apalagi jam berangkat kerja dan jam pulang kerja. Itu perjuangan sekali. Just feel it when you here !

2.       Transjakarta
Untuk transjakarta, rute yang dilewati adalah rute jalan raya. Tetapi memiliki jalan khusus. Karena memiliki jalan khusus, otomatis terbebas dari macet. Tetapi, sangat disayangkan masih banyak yang mencoba menerobos jalur transjakarta ini. Sehingga menyebabkan kemacetan. Belakangan, udah ada penjaga jalur busway sih, jadi ada semcam gerbang di tiap jalan busway gitu. Jadi nggak usah terlalu takut kalau bakal diterobos sama motor atau mobil pribadi.

Jam Sibuk

Jam Gak Sibuk

Penampakan Busway Transjakarta

Rute Busway :
01 : Blok M - Kota
1A : PIK - Balai Kota
1B : St. Pal Merah - Tosari
02 : Pulo Gadung - Harmoni Central
2A : Pulo Gadung - Kalideres
2B : Harapan Indah - ASMI
2C : Monas - PRJ JIEXPO
03 : Kalideres - Pasar Baru
3A : Rusun Daan Mogot - Kalideres
3B : Rusun Flamboyan - Kalideres
3C : Rusun Kapuk Muara - Kalideres
04 : Pulogadung2 - Duku Atas2
4A : TU Gas - Grogol 2
4B : St. Manggarai - Universitas Indonesia
05 : Kampung Melayu - Ancol
5A : Kampung Melayu - Grogol 1
5B : St. Tebet - Bidara Cina
5C : PGC 1 - Harmoni Central
5D : PGC 1 - Ancol
5E : Kampung Rambutan - Ancol
06 : Ragunan - Duku Atas 2
6A : Ragunan - Monas Via Kuningan
6B : Ragunan - Monas Via Semanggi
6C : St. Tebet - Karet Via Patra Kuningan
6D : St. Tebet - Karet Via Underpass
6E : St. Tebet - Karet Via Mega Kuningan
6F : Ragunan - St. Manggarai
6H : Pasar Senen - Lebak Bulus
6M : Blok M - St Manggarai
07 : Kampung Rambutan - Kampung Melayu
08 : Lebak Bulus - Harmoni Central
8A : Grogol 2 - Juanda
8C : Iskandar Muda - St. Tanah Abang
09 : Pinang Ranti - Pluit
9A : PGC 2 - Pluit
9B : Pinang Ranti - Kota
9C : Pinang Ranti - Bundaran Senayan
9E : Kebayoran Lama - Grogol 2
9H : TMII - Grogol 2
10 : PGC 2 - Tanjung Priok
10A : Rusun Marunda - Tanjung Priok
10B : Rusun Cipinang Besar Selatan - PGC 1
11 : Walikota Jakarta Timur - Kampung Melayu
11A : Pulogadung - Pulogebang
11B : Rusun Rawa Bebek - Pulogebang
11C : Rusun Pulogebang - Rusun Pinus Elok
12 : Penjaringan - Tanjung Priok
12A : Dermaga Kaliadem - Kota
B11 : Summarecon Bekasi - Tosari
B12 : Summarecon Bekasi - Tanjung Priok
B21 : Bekasi Timur - Grogol 2
B22 : Bekasi Timur - Pasar Baru
BW1234 : Bus Wisata
D11 : Depok - BNN
GR1 : Bundaran Senayan - Harmoni
S21 : Ciputat - Tosari
S11 : Serpong - Grogol 2
T11 : Poris Plawad - Bundaran Senayan
T12 : Poris Plawad - Pasar Baru

Untuk bisa naik busway ini, harus memiliki tiket juga. Rata-rata hampir sama dengan kereta. Nah, sekarang sudah ada layanan gratis untuk lansia.

Kartu Busway/ E-money

Kurang ramah apa lagi coba? Tapi tetap berhati-hati dibusway ya. Kasusnya hamper sama dengan kereta. Dorong-dorongan dan ancaman copet.


3.       Ojek/transportasi Online
Belakangan, kira-kira dari tahun 2015, berkembang transportasi online. Ada gojek, grab bike, juga uber. Sebenarnya masih banyak yang lain sih. Tapi yang terkenal Cuma 3 juara ini. Cuma dengan aplikasi yang ada di smartphonemu, sudah bisa order transportasi online ini. World in your hand ! HAhahhaha, mulai lebay. Tapi intinya si abang ojek yang ini, bisa diajak muter-muter kalau kamu nggak tau alamat. InsyaAllah aman. Selain sepeda motor, armada mobil juga ada. Jadi, kurang ramah apalagi Jakarta.
Mau diantar abang Grab yang kece?

Gojek

Atau Kencan dengan Abang GoJek

Uber


At least, kalau sudah seperti ini, Jakarta tunduk pada mu. Kamu bisa survive di Jakarta yang kata orang sangat kejam. Tapi, tetap berhati-hati ya. 

Monday, November 21, 2016

AHOK dan HABIB

Postingan ini saya rasa bisa menjawab berbagi meme2 provokasi yg beredar ttg kasus yg lagi hot nya. Tulisan ini bukan hasil pemikiran saya sendiri. Tetapi dari catatan seorang teman yg sangat luwes menurut saya. Untuk berita2 ini, saya ga mau lgsg percaya. Minimal saya cari bukti lah, bukan RESHARE2 postingan.Spt kasus Al maidah : 51, saya menanyakan ke teman yg memang sepantasnya dipercaya untu urusan agama. Nah klo skrg masalah lisan, mari kita lihat bahasan dg kenalan saya. Sebutan ahoker dan habibier bukan untuk mengkotak2kan. Tapi, sebutan untuk mereka sendiri yg tau kemana pemikiran mereka lebih condong. Apakah kepada Ahok? Atau kepada Habib? Atau dengan pemikirannya sendiri. Ini kutipannya.


Ahok dan Habib: Dalam Perspektif Linguistik dan Komunikasi


Ulasan ringan untuk mereka yang bertanya pada saya: “Kenapa publik merespon video Habib Rizieq berbeda dengan cara mereka merespon video Ahok?” 
Sebelum membaca, ucapkan doa masing-masing. Pastikan kepala dingin, logika gak karatan, hati gak kusam, tendang jauh prasangka.Saya hanya ingin membatasi ulasan sesuai judul di atas. Siapkan kopi dulu karena tulisannya agak panjang. Atau bila perlu siapkan banana split. Jika masih kurang bisa siapkan kuaci. 

Dimulai...(pakai) bismillah

Bayangkan situasi berikut:
A. Kamu terbaring di rumah sakit. Kemudian datang seorang pengunjung, dan berkata “umurmu sudah tidak lama lagi.” 
Bagaimana kamu akan merespon? Kaget, tersinggung, marah, menganggap pengunjung kurang ajar, atau bahkan menganggap dia menyumpahi kamu lekas meninggal. Bagaimana jika yang berkata adalah doktermu? Doktermu masuk kamar dan berkata, “umur anda sudah tidak lama lagi.” Apakah kamu akan merespon ucapan dokter sama seperti kamu merespon ucapan si pengunjung? Tidak. Kenapa? Karena kamu yakin dokter berkata benar dan tidak bermaksud menyumpahi kamu meninggal. Karena kamu percaya dokter lebih tau kondisi kesehatanmu, bahkan lebih dari dirimu sendiri. Apakah kamu telah bersikap tebang pilih kepada pengunjung dan dokter? (bisa jawab sendiri, kan?) :D 

Situasi tersebut menggambarkan bahwa: Pesan yang sama, disampaikan oleh orang yang berbeda, dapat memberikan makna yang berbeda!

B. Di tengah keriaan bersama teman-teman, kamu mengeluarkan lelucon dan tertawa terbahak-bahak. Bagaimana kira-kira teman sekitarmu merespon? 
Kemungkinan mereka akan senang dan ikut tertawa terpingkal-pingkal. Coba bayangkan jika kamu melemparkan lelucon dan tertawa terbahak-bahak saat sedang takziah. Apakah teman dan orang sekitar akan merespon dengan cara yang sama? Katakanlah niatmu baik untuk menghibur kesedihan mereka. Apakah mereka akan ikut tertawa? Tidak. Mereka akan  mengusirmu keluar dari rumah duka! Konteks situasi menentukan apakah perkataan dan sikapmu dapat diterima atau tidak. Saya harap kamu mengerti bahwa temanmu tidak sedang melakukan standar ganda atas sikapmu. (LOL) :D

Situasi tersebut menggambarkan bahwa:Pesan yang sama, disampaikan oleh orang yang sama, dalam konteks situasi yang berbeda, dapat menyampaikan makna yang berbeda.

C. Temanmu datang menanyakan pendapatmu tentang cara dia berpakaian, dan kamu berkata, “Penampilamu terlihat buruk, baju itu tidak pantas untuk bentuk tubuhmu.”
 Apa yang akan dilakukan temanmu? Berterima kasih, mengganti pakaiannya, dan menanyakan pendapatmu kembali. Bagaimana jika kamu menyampaikan perkataan yang sama kepada seseorang yang tidak ada ikatan emosi denganmu? Misalnya kepada orang yang kamu temui di mall, atau seorang tamu yang datang ke rumahmu untuk keperluan lain, kamu berkata, “Penampilamu terlihat buruk, baju itu tidak pantas untuk bentuk tubuhmu.” Bagaimana mereka akan merespon? Jika kamu lakukan pada orang pertama, kemungkinan dia akan menggamparmu dengan tas belanjaannnya. :D :D Jika pada orang kedua, tamumu akan langsung pergi, mungkin setelah dia menyiramkan air minum ke wajahmu. Hihihihihi :D 

Temanmu bukan saja memiliki ikatan lebih dekat denganmu; dia mempercayai kompetensimu untuk menilai dan juga datang dengan kondisi siap untuk mendengar penilaianmu tentang penampilannya.Sedangkan tamu kedua datang tidak untuk mendengarmu mengkritisi penampilannya. Situasi tersebut menggambarkan bahwa: Orang yang sama, mengatakan hal yang sama, pada pendengar (recipient) yang berbeda, dapat menyampaikan makna yang berbeda.

Sampai di sini kamu masih belum paham kenapa orang merespon video Ahok berbeda dengan video Habib? Mungkin kamu butuh minum kopi...hehehehe...

Next, kita bahas sedikit pelajaran ya... 

Pragmatik (Pragmatics) seperti halnya semantik (Semantic) adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji makna. Jika semantic mengkaji makna satuan lingual secara internal,
 pragmatic mengkaji makna satuan lingual secara eksternal. Yule (1996:3) menyebutkan ada 4 definisi pragmatic, yaitu mencakup : 
(a) Bidang yang mengkaji makna penutur, 
(b) makna menurut konteksnya
(c) tentang makna yang diujarkan, dan
(d) bidang yang mengkaji bentuk ekpresi menurut jarak sosial yang membatasi participan yang 
terlibat dalam percakapan tertentu. 
Lebih lanjut Om David Crystal (1987), mendefinisikan pragmatic sebagai berikut: “pragmatics studies the factors that governour choice of language in social interaction and the effect of our choice on others. In theory, we can say anything we like. In practice, we follow a large number of social rules (most of them unconsciously) that constrain the way we speak.” 

Lebih jelas ya...? Jadi, dalam berkomunikasi yang penting bukan hanya apa yang dituturkan (ujaran / utterance), tetapi juga siapa yang menuturkan (penutur / speaker),  kepada siapa kita bertutur (petutur / recipient) dan dalam konteks apa tindak tutur dilakukan. Secara tidak langsung Om David juga berkata, dalam interaksi sosial terdapat pilihan bahasa (yang harus diperhatikan) dan efeknya terhadap orang lain (pendengar). Walaupun dalam teori kita dapat mengatakan apa saja, namun praktiknya kita mengikuti aturan sosial yang membatasi cara kita berbicara.Adakah di antara kamu yang berkomentar, “saya yakin banget kalo ini pasti bukan penistaan agama soalnya yang ngomong Habib Rizieq, jadi gak mungkin dia salah maupun didemo!” 

Jawabnya: Ya, memang itulah intinya! Masih tidak paham juga? Coba sesap kopimu dan aktifkan sel-sel kecil kelabu di otakmu itu... qiqiqiqi... :D

* Utterance (Tuturan)

Ahok: “...bapak ibu jangan mau dibohongi pakai al-maidah ayat 51...”
Habib: “...nipu umat pakai ayat quran, nipu umat pakai hadist...” (Silakan cari video lengkap masing2). Sudah paham dong struktur kalimat di atas? Siapa yang berbohong? Orang! Mereka yang menggunakan ayat.Bukan ayatnya? Bukan! Lantas apa peran ayat di sini? Alat untuk berbohong atau alat kebohongan.Lalu mengapa respon publik berbeda atas ucapan yang sama? Simak poin di bawah

*Speaker (Penutur) 

Ahok: Siapa Ahok? Seorang gubernur / pejabat pemerintah, beragama Nasrani. 
Apakah Ahok dipandang (oleh pendengarnya) sebagai orang yang mengerti Quran? Tidak. 
Mengerti tafsir Quran? Tidak.
Berkompetensi dalam menyampaikan ayat Quran? Tidak.
Mengimani Quran? Tidak.
Habib: Siapa Habib Rizieq? Seorang guru (ustad) yang memiliki jamaah (pengikut) yang mempercayainya sebagai orang yang berilmu agama. 
Apakah Habib dipandang (oleh pendengarnya) sebagai orang yang mengerti Quran dan Hadist? Ya.
Berkompetensi dalam menyampaikan ayat Quran? Ya.
Mengimani Quran? Ya.
Publik merespon Habib seperti pasien merespon dokternya. Habib dianggap lebih tau dan berilmu dari jamaahnya, memiliki kompetensi untuk membahas Quran, dan 
mengimaninya. Jamaah percaya yang disampaikan Habib adalah kebaikan. Sementara Ahok bukanlah orang yang diharapkan mengeluarkan komentar berkenaan ayat Quran.
 Selain tidak mengerti, tidak dapat membaca, dia juga tidak mengimani Al Quran. Walau Ahok berkata tidak bermaksud menistakan, publik menganggapnya tidak pantas.

*Situational Context (Konteks Situasi) 

Ahok: Menyampaikan dalam pertemuan kunjungan kerja yang ditujukan untuk mensosialisasikan prestasi kerja / program kerja pemerintah. Secara implisit, menyisipkan pesan kampanye politiknya dengan menyinggung ayat Quran. Disampaikan dalam ruang terbuka, di hadapan pendengar yang majemuk.
Habib: Menyampaikan dalam majelis ilmu, dalam tema yang ditujukan untuk membahas fenomena munculnya ulama yang memelintirkan ayat, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Disampaikan dalam lingkup tertutup (terbatas), di hadapan jamaahnya sendiri. Ucapan Habib sesuai dengan tema pembahasannya, pada media (waktu dan tempat) yang sesuai. Seperti orang yang tertawa di tengah keriaan; pada tempatnya. Ibarat ucapan dokter yang pedih namun dinilai sebagai kebenaran. Publik meresponnya sebagai peringatan. Sementara Ahok mengucapkannya tidak pada konteks situasi yang dapat diterima. Publik meresponkan sebagai tuduhan (mereka yang berbohong) dan penistaan (alat kebohongan).

*Recipients (Petutur) 

Ahok: Penduduk pulau dan pegawai pemda. Pendengar majemuk (beragam agama). Tidak terdapat ikatan yang kuat dan kepercayaan antara pendengar dan pembicara terkait apa yang dituturkan. (Kemudian disebarkan dan mendapat perhatian publik yang lebih luas).
Habib: Jamaahnya sendiri. Pendengar tunggal (kaum muslim). Terdapat ikatan yang kuat dan kepercayaan antara pendengar dan pembicara terkait apa yang dituturkan. 
Pada kasus Ahok, pendengar hanya berharap Ahok berbicara terkait agenda kunjungan kerjanya dan tidak berharap Ahok menyinggung ayat Quran dalam pemaparannya. Seperti tamu yang datang berkunjung, mereka tidak berharap tuan rumah mengkritisi penampilannya. Itu dianggap tidak sopan. Sedangkan Habib berhadapan dengan jamaah yang memang datang untuk mendengar tausiyah sesuai tema. Jamaah siap mendengar apapun yang dikatakan Habib. Seperti teman yang memang dengan sadar datang meminta saran, dia akan bersiap dengan penilaian buruk.“Jadi, subjektif dong?” Benar!
Makna bahasa itu tidak mutlak sama. Jangan karena A berkata hal yang sama seperti B, lantas pendengar dituntut merespon dengan cara yang sama. Jika tidak sama, maka pasti benci dengan salah satunya. 

Aaaah, terlalu sempit untuk cepat berprasangka demikian. Coba nikmati kopimu... :D

Julia T Wood, dalam bukunya Interpersonal Communication (2010) berkata “The meanings of language are subjective.” Because symbols are abstract, ambiguous, and arbitrary; the meaning of words are never self-evident or absolute (Duck, 1994a, 1994b; Shotter, 1993). Kita mengkonstruksi makna dalam proses interaksi dengan orang lain melalui dialog yang mengalir dan tercerna di kepala kita. Language use is rule-guided! (Wood, 2010). Kalian yang pernah ikuti kelas Bahasa Inggris (saya) tentu paham dengan aturan yang mengatur pengucapan (rules that govern pronunciation / phonology) dan struktur kalimat (sentence structure / syntax). Selain dua aturan tersebut ada aturan komunikasi (communication rules), yang terbagi pemahaman atas apa arti komunikasi dan jenis komunikasi apa yang pantas (sesuai) dalam situasi tertentu. 

Kalian yang pernah ikuti kelas Public Relations (saya) tentunya juga lazim dalam menyusun perencanaan komunikasi strategis, kita selalu lebih dulu menganalisa target audience, merancang key messages, menentukan key speaker, dan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan (key messages). Why? Because that all matters!Jadi, jika ingin berteriak, pastikan kamu sadar apa yang kamu teriakkan. 

Silakan berkomentar, namun pastikan komentarmu tidak asbun :D 
“Pasti karena Ahok Cina Kristen...!” --> karena Ahok Kristen, mungkin saja, tapi tidak ada hubungannya dengan Ahok Cina. Ini contoh komentar asbun  :D

“DR. Zakir Naik juga suka ngutip kitab agama lain, kenapa Ahok dipermasalahkan?” --> Jika Ahok adalah seorang ahli perbandingan agama, berbicara di tengah forum yang memang diperuntukkan membahas perbandingan agama, di hadapan audience yang memang datang dengan kesadaran dan bersiap mendengarkan apa yang dikatakan sesuai tema seperti apa yang dilakukan DR Naik, tentunya silakan saja... :D

“Ini pasti dipolitisasi!” --> Ahok adalah seorang politisi, yang bergabung dalam partai politik, yang sedang melakukan kampanye politik, pernyataannya keluar dalam ranah politik, saat sedang menyelipkan pesan politiknya. Apa yang kamu harapkan jika kenyataannya seperti ini? :D

Get up, leave your cocoon and take some fresh air! Mengharapkan kasus ini bebas politisasi adalah tidak mungkin. Tahukah kamu, sebuah tabung akan tampak seperti lingkaran jika kamu hanya melihatnya dari sisi atas. Coba berkeliling mendapatkan perspektif lain. Andaikan kamu tidak mendapati bentuk tabung dengan jelas, setidaknya kamu tidak ngotot mempertahankan yang kau lihat adalah lingkaran.Jangan mudah menuduh mereka yang bergerak adalah orang yang penuh kebencian. 
Nyatanya mereka yang mudah menghujat orang lain penuh kebencian adalah mereka yang tidak dapat melihat hal lain selain kebencian. Jika kamu tidak bisa mengerti apa yang orang lain rasa, jangan paksa mereka menuruti pemahamanmu.

Tahukah kamu kenapa kain flannel terlihat indah? Karena masing-masing kotak menjaga proporsinya dan mendekatkan diri dengan kotak lainnya, sehingga tercipta pola yang indah. Bayangkan jika kotak satu mengambil porsi kotak lainnya dan saling menjauh? Tidak akan ada selembar kain flannel :D
Aaah..., kopi saya sudah menjadi dingin. Mari minum teh saja...! ;)


Okeeh, saya rasa ini adalah penjelasan sederhana. Gampang dmengerti sebenarnya, kalau kita mau mengerti. Silakan share jika mencerahkan; jangan share jika untuk balas-balasan.

Crystal, David. 1987. The Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge: Cambridge University Press
Duck, S.W. 1994a. Meaningful Relationships. Thousand Oaks, CA: Sage.
Duck, S.W. 1994b. Steady as (s)he goes: Relational Maintenance as a Shared Meaning System.
Shotter. J. 1993. Conversational Realities: The Construction of Life through Language. Newbury Park, CA: Sage
Wood, Julia T. 2010. Interpersonal Communication: Everyday Encounters. 6th Edition. Wadsworth: Wadsworth Cengage Learning

Tuesday, November 25, 2014

“Lets Escape The Ordinary” di Gunung Padang

 Lama tidak mengupdate isi blog ini, membuat saya “kangen” dunia tulis menulis. Ya, dunia yang kata orang akan muncul gegara hobi membaca atau hobi “galau”, mungkin. Mengapa? Mungkin sedikit bahasan ini (akan saya bahas di paragraph pertama ajah deh). Kebanyakan akan muncul karena galau, dari  pengalaman pribadi. Kalau orang yang pernah ngerasain galau pasti tau lah ya. Betapa banyak kata-kata dari hati yang terdalam untuk disampaikan. Sebenarnya kata-kata yang dari hati itu adalah kejujuran dan keindahan. Bahkan, jika dituliskan akan memiliki nilai tersendiri, terlepas dari apakah yang menulis memiliki skill atau tidak. Selanjutnya adalah karena memang hobi bercerita dengan menulis. Maksud saya bercerita dengan menulis adalah mereka yang tidak bisa menceritakan melalui lisan. Jika mereka bercerita melalui lisan, kebanyakan mereka mengatakan They didn’t get ma point. Yap, kira-kira itu adalah sedikit alasan yang bisa disampaikan. Jika ada tambahan, bisa ngasi ide ke saya. 

Okeh, ga perlu lama-lama, saya ingin mengobati kangen dengan dunia tulis menulis ini. Kali ini saya ingin berbagi sedikit kisah saya dengan beberapa teman-teman saya yang rindu akan liburan (derita para pekerja di Ibu Kota). Memang beberapa bulan terakir saya sempat searching di om google, destinasi untuk liburan dibulan oktober 2014. Saya ingin liburan yang dekat, tapi bisa memenuhi rasa kangen terhadap kampung halaman saya. Saking kangen dengan kampung halaman saya (padang), saya jadi sering sakit-sakitan. Hiks…. Hiks… Hiksss.. Tetiba muncul pesan di salah satu grup angkatan saya. Kenapa saya katakan salah satu? Yap, karena grup angkatan kami sangat banyak, padahal isinya juga teman-temn se angkatan. Mungkin karena ke”labilan” kami. Inti pesannya adalah bahwa akan ada beberapa dari kami mengunjungi Gunung Padang yang letaknya di Cianjur, dan mengajak teman-teman seangkatan, kalau ada yang mau gabung. Singkat Cerita, kami berangkat ber 6 dengan anggota Cilam (Ketua Grup yang menghandle perjalanan), ipung, curu, cekoik, ati, dan saya.
Pada hari H keberangkatan, saya udah siap siap dari setengah 5 pagi, mengingat lama perjalanan  dari matraman-bogor itu memakan waktu 1,5 jam. Tapi yang namanya badan klo pagi-pagi, pengen guling-guling dulu dikasur. Ternyata, kebablasan sampe 5.15 WIB. Dan untung, semua udah dipersiapkan dari semalam. Jadi, saya mandi dan cus cus ke stasiun manggarai. Sampai di  stasiun manggarai, ternyata kereta ke arah bogor masih 10 menit lagi sampai di Manggarai. Yah, setidaknya bisa nyari sarapan di sevel (7 Eleven) dulu. Selesai saya membayar sarapan di sevel, kereta datang. Dari estimasi saya, kami bisa sampai di stasiun bogor untuk naik kereta ke Lampegan sebelum jam 8. Ternyata, perkiraan saya meleset. Saya dan rekan saya, Astri, telat sampai stasiun Bogor. Huaaaaa. Ditinggal kereta ke Lampegan.
Awalnya, saya merasa ditinggal kereta adalah akhir dari weekend indah yang saya bayangkan. Campur aduk perasaan saya kala itu. Ada rasa merasa bersalah telah menghancurkan liburan yang udah lama direncanakan. Ada juga rasa takut dengan mereka yang udah menunggu sedari tadi. Takut kalau-kalau mereka membenci saya. Tapi, ternyata itu hayalan saja. Walaupun mereka “menggoda” saya dengan selorohan-selorohan yang membuat kami tidak jadi berangkat pagi ke Lampegan. Yang terpenting adalah kami berusahan menikmati setiap momennya. Jangan ada yang mengganggu mood. Tapi, akhirnya kami memesan tiket keberangkatan jam 13.25 WIB. Dan sekarang, kami memikirkan cara membunuh waktu sampai jam 13.00 WIB
Setelah fix ditnggal kereta, kami focus mencari sarapan dulu. Yah, setidaknya mengisi perut yang kosong gegara bangun subuh-subuh demi mengejar kereta, dan akhirnya ditinggal pergi kereta. Hehehe, akhirnya kami berlabuh di KFC. Kenapa? Karena di sini tidak dibatasi sampai jam berapa, asal kami tetap pesan. Agar waktu nongkrong kami bisa lama di KFC, kami memesan menu gantian. Yah, seperti biasalah, pengen nongkrong lama tapi gak mau duit cepat habis.  Sambil menghabiskan waktu setelah bosan dengan KFC, kami jalan-jalan seputaran kota Bogor. Yah, namanya jalan-jalan, pasti jalan kaki. Kami meliat-liat kondisi pasar. Sekalian nyari tongsis. Ups, cerita punya cerita, ternyata teman saya yg namanya Curu lagi nyari holder tongsis. Tapi, ternyata doi malu nyari sendiri dikarenakan ga mungkin cowok nyari-nyari tongsis. Akhirnya, saya mau ngaku-ngaku nyari tongsis demi teman yang satu ini. Tapi, sampai kami berangkat, ga nemu jualan tongsis di sekitar taman topi. Ya sudah lah, kami headout ke stasiun.
Sampai di stasiun, kami siap-siap departure #ceritanyapura2elit. Persiapan tiket dan KTP untuk verifikasi.  Sontak saya teringat dompet yang tertinggal di meja kamar kos berisi KTP yang akan saya kasi liat ke bapak-bapak tukang verifikasi tiket. OH MY GOD ! Gue lagi??? Ya Tuhaaan ! Kenapa saya selalu sial hari ini ya Allah. I’ve ruined it. Itu batin saya. Kali ini saya berbesar hati kalau seandainya ga bisa naik Kereta gegara ga bawa KTP asli. Tapi, cilam dan curu mau nyobain last chance. Dengan jujur kami mengatakan permasalahan KTP ini. Beruntung si Bapak menoleransi ini karena lima orang teman saya yang lain membawa KTP. Alhamdulillah, Thanks God ! Akhirnya perjalanan panjang 3 jam di atas kereta ekonomi bogor-lampegan, akan kami jalani.
Teeeeet !! Peluit kereta berbunyi. Bak katak menanti hujan dan hujanpun turun, kami sumringah membayangkan perjalan yang luar biasa ini. 15 menit berlalu, ternyata bayangan tidak sesuai dengan kenyataan. Bayangan kalau kami akan baik-baik saja  di atas kereta ekonomi bogor-lampegan selama 3 jam ternyata berkebalikan. Walaupun menggunakan AC di atas kereta, udara di dalam kereta tetap panas, bahkan bagi rekan kami yang  duduk dekat dengan jendela. Belum lagi, kecepatan kereta tidak seperti Commuter Line yang biasa digunakan di hari kerja.  Perlahan canda tawa kami mulai hilang, diganti dengan hawa kepanasan dan keringat yang membasahi baju. Sambil ngabisin waktu, mereka (Eko, ipung, curu, astri dan cilam) main game Lets Get Rich. Saya sih lebih milih tidur. Walaupun panas, tetap ngorok. Hehe, udah biasa hidup di daerah panas, jadi ya ga masalah walaupun cuaca panas. Tetap lanjuuut.
Dua jam telah lewat. Perlahan matahari gak se "sangar" tadi. Jadi, di dalam kereta nggak sepanas yang tadi. Penumpang udah banyak yang turun, jadi kami udah nggak rebutan AC kereta lagi. pemandangan bagus pun mulai disuguhkan kepada kami. Ya, jadinya kami bengong melihat pemandangan selama 1 jam menjelang sampai di stasiun lampegan. Kira-kira setengah 5, kami sampai di stasiun Sukabumi. Di stasiun ini, kereta lebih lama berhenti. Kalo saya itung-itung sih sekitar 15 menit.
Nah, waktu 15 menit ini kami manfaatkan untuk momen foto-foto di atas kereta. Mengeluarkan tripod, mencari titik shoot, menyetting timer dan berapa kali jepretan untuk mode otomatis, dan. Ceklek ceklek ceklek. dengan pose masing-masing, kami bergaya. Awalnya saya punya niat untuk ngajakin teman-teman berfoto diluar kereta. Karena menurut saya view di luar itu seperti pemandangan jadul, dengan bangunan stasiun yang tinggi seperti tempat tinggal vampir. Tapi, saya urungkan, takut-takut kalau ketinggalan kereta lagi, dan kalau terjadi, akan benar-benar hancur rencana liburan kali ini.
Counting Down 1 jam sebelum sampai ke lampegan, kami senangnya bukan main. Cuaca sore perkampungan yang kami rindukan, seakan kami temukan dalam perjalan ini. Gunung, sawah, langit dan semak-semak yang sering kami temui di kampung, juga kami temukan di sini. Ternyata nggak kami sadari, bapak-bapak yang mengecek tiket kereta menghampiri kami. Menyakan tujuan kami. Ternyata apresiasi mereka mendengarkan kami ke Lampegan langsung ditebak oleh mereka kalo kami ingin mengunjungi situs Gunung Padang. "Hehe, Iye paak", jawab kami serentak. "Wah, semangat sekali kalian ya. Tapi itu tanjakannya tinggi lho. Ini yang kecil saya yakin ga bakal sanggup", lanjut si Bapak sambil menunjuk saya. Teman-teman tertawa gegara ucapan si Bapak. Selalu saya yang kena. Tapi, whatever lah, asal semua senang.
Jam menunjukkan 17.15 WIB. Itu artinya kami akan segera sampai di stasiun Lampegan. Menurut sumber yang dibaca,  kami akan melewati terowongan sebelum sampai ke stasiun Lampegan. Dan, benar. Kami memasuki terowongan tua yang katany dibangun sejak jaman penjajahan belanda. Ketika melintasi terowongan, selorohan kami nggak jauh dari Harry Potter. Titik putih nampak dari kejauhan, dan itu adalah ujung dari terowongan. Dengan kata lain, kita uda sampai di Lampegan guys!!
Benar Sekali ! Ketika kereta berhenti, saya melihat papan stasiun tertulis "Stasiun lampegan". Yap ! Dan ketika kami mendarat, disambut beberapa abang-abang  tukang ojek yang ramah. Berbeda dengan abang-abang ojek yang sering saya jumpai. Dengan sopan teman saya menolak dan mengatakan bahwa kita udah punya guide. Tiba-tiba penduduk lokal menggunakan topi kain (untuk sementara saya menyebutnya sebagai topi kain dulu, karena nggak tau istilah dalam bahasa sunda), menanyakan mana yang namanya Ilham. Ternyata penduduk lokal itu namanya adalah Kang Cecep, guide yang dimaksud Cilam (Ilham).
Okeh, kami dipandu oleh kang Cecep menuju lokasi Gunung Padang, dimana kami juga akan menginap ditempat yang udah disiapkan Kang Cecep, yaitu saung 2 kamar dan satu ruang tengah. Menuju lokasi, kami disuguhi pemandangan yang membuat kami takjub. Pegunungan, perbukitan, serta kebun teh dan jalan yang berkelok-kelok. Feels Like Home. Itu yang diucapkan teman saya yang berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat.
Sampai dilokasi, terdapat beberapa "kedai" kecil, dengan berbagai menu. Saya rasa ini cukup memanjakan pengungjung. Lengkap, walaupun ga ada Indomaret atau Alfamart, dan harganya termasuk murah untuk kategori tempat wisata bersejarah yang ramai dikunjungi. Biasanya setahu saya, objek wisata yang ramai dikunjunggi, penjual akan mematok harga yang tinggi. Kami mengelilingi lokasi. Penduduknya ramah.
Setelah berkeliling, kami balik ke saung, sekita beberapa menit sebelum adzan maghrib berkumandang. Walaupun cuaca diperbukitan ini tergolong dingin, tapi beberapa teman, termasuk saya tetap mandi. Brrr, kebayangkan dinginnya air pegunungan. We must endure it. hahahaha. Sehabis mandi dengan air yang dingin, pasti kelaparan dan ingin yang hot-hot. Yap ! Kami memesan Mie rebus dari ibu-ibu yang ada disebelah saung kami. Sebenarnya mereka menawari kami makan malam, tapi yah yang namanya perut ngiler dengan mie rebus kalo dingin, mau diapakan lagi. Cuma sebentar, mie rebus habis.
Kami melewati malam dengan membuat api unggun dan mendengarkan cerita-cerita Kang Cecep tentang sejarah Gunung Padang ini ditemukan, kemudian kaitannya dengan Atlantis serta Lemuria. Juga tentang penelitian "Santos" yang mengungkapkan Indonesia itu bagian dari Atlantis. Saya juga meyakini hal tersebut, karena saya pernah membaca ha; tersbut di jurnal ilmiah peneliti luar negeri. Tapi masih tidak terlalu yakin. Setelah itu, kami melanjutkan cerita ngalor ngidul. Menunggu mata lelah dan cuaca bertambah dingin. Yap, ketika mata udah lelah dan cuaca bertambah dingin, kami masuk ke kamar di saung. Terpisah antara cewek dan cowok. Menunggu perjalanan luar biasa esok hari.

Okeh, part 1 sekian dulu ya sahabat-sahabat sekalian.  Mungkin ini sedikit dokumentasi dari cerita di atas. 


Hmmm.... Ga tau kenapa, teman saya yang satu ini niat banget foto sama pocong.


Jepretan yang komposisi warnanya bagus.


Dua Foto ini kami ambil ketika masih jaim-jaim, membunuh waktu samapi jam 13.00 WIB


Ini adalah foto ketika kami berkeliling lokasi sekitar


Batu yang dibelakang rekan saya adalah patahan batu yang jatuh ke bawah



Ini adalah pose di atas kereta ketika kami sampai di stasiun Sukabum dengan menggunakan Tripod


Mengisi cakra dulu guys. Hahahaha


Landing di Lampegan, Awal pengalaman.



tetap, dengan berbagai macam pose



Ketika kami bangun, setengan 5 subuh, cuaca dingin menusuk kulit. Yah, istilahnya gini, udah di pegunungan, pagi-pagi dan subuh mesti ngambil air wudhu. Demi apaaa coba. Yahp! Demi menjadi muslimin dan muslimah yang baik, kami bangkit dan berwudhu untuk sholat. Sebelum melanjutkaan perjalanan “mini” pendakian ke Gunung Padang untuk berburu sunrise.   
Selesai semua persiapan (sebenarnya nggak terlalu butuh persiapan sih) mendaki (pura-puranya mendaki), kami cus dari saung menuju gerbang masuk Situs Gunung Padang. Berhubung masih pagi buta, jadi belum ada petugas yang menjaga pintu masuk Situs Gunung Padang ini. Anehnya, pintu itu memang selalu terbuka dan tidak pernah tertutup. Lalu, kemungkinan orang-orang untuk masuk gratis dan gak bayar bisa dong ya. Yap! Bisa banget. Nah, tapi kerennya, masyarakat sini jika menjadi tour guide dari situs ini selalu mengatakan kepada kami (guest) untuk membayar uang masuknya nanti setelah turun. Lebih asiknya lagi, ga ada pengunjung yang mau nipu. Syukurlah. O iya, ngemeng masalah tour guide, mereka memang menjadi guide perjalanan sambil menerangkan sejarah yang terkadang menurut orang yg bukan penyuka sejarah, omongan salah satu tour guide ini adalah diatas rata-rata untuk kategori tinggal di daerah pedesaan. Ternyata mereka juga membaca referensi dari luar negeri dan melihat-lihat peneliti yang dulunya datang ke Situs Gunung padang ini.
15 menit melakukan pendakian yang sudah memiliki anak tangga membuat saya dan rekan saya lelah. Pasti yang baca bakal bilang gini : ”Halah, udah pakai tangga pake cape segala”. Tentu sajaaa. Jarak anak tangganya itu tinggi. Satu anak tangga itu tingginya sepaha saya (saya orangnya mungil lo, 150an cm). Tanpa pemanasan terlebih dahulu, capek akan lebih cepat menyerang.
Yah, ahirnya dengan sisa-sisa nafas, kami sampai di atas situs gunung padang. Lebay. Tapi begitulah, exited melihat pemandangan dari atas.
Ini foto saat sunrise di Situs Gunung Padang



Kira-kira pukul 7.00 WIB, selepas puas berfoto-foto dengan pemadangan dari atas  gunung ini dan berhubung khalayak ramai sudah berdatangan, kami memutuskan untuk turun kembali, lewat jalan yang berbeda. Ketika sudah sampai di bawah, kami kelaparan tingkat dewa. Ada kedai yang menjual gorengan, kami serbu. Selain itu kami juga nyari sarapan pagi, tapi berupa nasi. Nah loo, jarang-jarang kalau kami saran paginya adalah nasi. Itu karena efek kelaparan. Setelah menemukan tempat sarapan, kami memesan makanan dan ngalor ngidul di pagi hari. Menceritakan rencana-rencana yang akan dilalui untuk sampai kembali ke bogor alis balik. Nah. ini beberapa foto yang kami ambil. 

Ketika belum rame, kami bebas berfoto-foto di sini



 Untuk foto di bawah ini, kami menggunakan kamera NIKON




Sementara ini, dijepret menggunakan aplikasi self shutter dari Sony Xperia Z2




Setelah sarapan, kami kembali ke saung dan bergolek-golek. Istilah mereka sih, ngaso. Tepatnya istirahat. Hahahha, ribet banget ye. Sementara saya, nungguin antrian mandi, karena habis mendaki dan makan, ituu rasanya HOT banget. Pengen main air. Ternyata mereka juga ikut ngantri untuk mandi. Kami pun gentian. Akhirnyaaa, kami semua selesai mandi dan packing. Berhubung hari masih panas, kami berniat menunggu Dzuhur di sini setelah itu cus berangkat balik ke stasiun Lampegan dengan Ojek. Dasar bocah-bocah (ane manggil teman-teman ane bocah), keliatan spot foto aja, langsung minta turun Ojek, dan berhenti. Ceklek ceklek. Hahahhaa. Kali ini yang jadi korban ke narsisan kami adalah kebun teh. Tapi saya senang dengan “perangai” mereka yang seperti ini. Liburan memang untuk menghilangkan beban. Jadi tertawa lepaslah bro!



Setelah sampai di stasiun Lampegan, kami nyari makan siang dulu, mengingat perjalanan menuju bogor akan kami tempuh selama 3 jam ke depan. Tidak lupa pula, kami mengabadikan momen ini. Momen dimana kami bisa pergi bersama-sama. Puas berpanas-panas ria, kami kembali ke dalam stasiun, menunggu kereta api datang. Dan dari kejauhan terdengar panggilan kereta api. Tut tuuuut tuuut, jes jes jes. Kami segera siap-siap. Membangunkan bocah-bocah yang ketiduran karenan lelah. Dengan Exited sekaligus kecewa kami melangkah ke kereta, karena liburan ini harus berakhir. Kembali, di atas kereta selalu dihiasi kehebohan. Setengah jam berlalu, kami memilih tidur, dengan harapan sejam kemudian kami terbangun menemukan pemandangan indah di perbukitan. Sayonara Pose !






Okeh guys, sekian dulu catatan kecil saya. Dan jangan lupa masih ada cerita Papandayan yang akan saya update. Monggo di cek Instragram saya "suryaniannisa".







Thursday, January 17, 2013

Kapo-kapo Island, another part of heaven that located in Indonesia, West Sumatera

Ada yang bilang kalau Indonesia adalah bagian surga yang terletak di Bumi. Mengapa sebagian besar masyarakat dunia berkata demikian? Semoga jawaban berikut memuaskan hati pembaca,
1.      Indonesia adalah Negara maritim yang kaya dengan hasil laut.
2.      Iklim Indonesia yang merupakan daerah tropis, cocok untuk pertumbuhan berbagai macam spesies tumbuhan dan hewan.
3.      Wilayah Indonesia subur.
4.      Indonesia kaya akan hasil tambang, tapi sebagian besar kekayaan ini kebanyakan tidak diekspos.
5.      Kondisi alam yang indah. Wow !! U can imagine how beautifull Indonesia is.
Saya tidak akan panjang lebar berbicara tentang keindahan Indonesia. Belakangan ini, tepatnya tanggal 13 Januari 2013, saya dan rombongan Padang Backpacker Community (PBC) mengadakan Tour de Pulau One Day Trip. Di mana kami mengunjungi empat pulau dalam satu hari. Pulau yang kami kunjungi adalah gugusan kepulauan Cubadak (Cubadak Island), meliputi : Pulau Kapo-kapo (Kapo-kapo Island, Pulau Setan (An Evil Island), Pulau Pasia Panjang (Pasir Panjang), dan Pulau Cubadak (Cubadak Island).
Gambar Letak Pulau Kapo-kapo
Kali ini saya lebih memfokuskan tulisan ini untuk mengekspos Pulau Kapo-kapo. Pulau Kapo-kapo terletak paling ujung plus paling jauh dari Pulau Cubadak. Selama ini, turis domestic maupun mancanegara cuma mengetahui Pulau Cubadak. Tiga pulau yang menjadi bagian dari trip kami ini sangat jarang terdengar, bahkan saya sebagai orang asli minang (selanjutnya disebut Minangese), baru mendengar keberadaan tiga pulau yang telah disebutkan tadi. Ciiieh #mulaihilangformalnya.
Perjalanan dimulai ketika saya harus menunggu jemputan yang disediakan untuk trip ini. Saya menunggu mulai dari jam 07.00 WIB, bersama dua orang teman saya. Huft, saya benci sekali kalau harus ngaret. Kemana yang lain? Bahkan selorohan salah satu teman saya mengatakan bahwa kita ketinggalan bis. What the hell?? Gak mungkin. Saya tahu teman saya yang satu itu hobi ngibulin kita (kalo lagi nunggu gini). Sekitar pukul 7.45 WIB, mulai dating segerombolan perempuan dan laki-laki yang tidak saya ketahui.Tapi salah satu teman saya mengenali mereka. Yap, mereka adalah rombongan BPC juga, dari arah By pass ke Limau Manis. Yap, mereka memperkenalkan diri satu persatu, jabat tangan, gentle sekali. Karena kita akan bersama-sama lebih 12 jam kemudian. Terkadang, hal-hal ini merupakan kesan pertama yang tidak boleh dilupakan.
Akhirnya, dengan sabar menunggu, puku 8.45 WIB bus datang juga. Kami menaiki bus Painan Jaya. Sekedar tahu saja, untuk One Day Trip ini saya merogoh kocek Rp 130.000. Biaya ini termasuk biaya transportasi bis PP, sewa kapal PP 4 pulau, pelampung, makan siang, dan snack.Lumayan. Saya pikir saya merogoh kocek sia-sia. Ternyata tidak. Silahkan Pantengin beberapa gambar yang akan membuat anda berdecak kagum.
Perjalanan melewati pulau-pulau:
Sampai di hutan bakau, dilanjutkan dengan sekoci karena badan kapal yang terlalu besar:
Ditambah beberapa orang teman yang gokil rela basah-basahan


Masih di tepi pantai


Melewati hutan bakau, kebayang ga ini di film apa?



  Sore, Pukul 5.50 WIB

Kekayaan Laut dan Pantainya (Ini cuma di tepi pantai lho, udah ada bunga karang)




Melesat ke Pulau Setan





Masih di tepi pantai, udah ada ginian :D

Kegiatan BPC Sebelum Snorkling



 



Santai Habis Snorkling



Pemandangan sekitar


Sampai di Desa Pulau Kapo-kapo



Kegiatan BPC


Kegiatan BPC

Masih Sepi

Kegiatan BPC


Kegiatan BPC

Pukul 5.45 WIB


Mau pulang, poto bareng dulu


Melewati hutan bakau, kebayang ga ini di film apa?

Poto Bareng di Dermaga

Going Back


Video Keadaan Pantai Di Pulau Kapo-kapo

Hmmm,, sekian laporan saya tentang keindahan pulau Kapo-kapo. Sebenarnya kalau pemerintah mengelola, Pulau-Pulau di Sumatera Barat akan jauh lebih indah dari Lombok, Bali, atau Gili Trawangan yang lagi terkenalnya.
This post dedicated to backpacker community around the world. My deepest hope, that u all guys, know how beautiful my land, beautiful west sumatera, Wonderful Indonesia. It is true, that my land, my country, is a part of heaven that located on the earth. We’ll wait u to come, explore the beautiful of our land :D

Social Icons