Lama tidak mengupdate isi blog
ini, membuat saya “kangen” dunia tulis menulis. Ya, dunia yang kata orang akan
muncul gegara hobi membaca atau hobi “galau”, mungkin. Mengapa? Mungkin sedikit
bahasan ini (akan saya bahas di paragraph pertama ajah deh). Kebanyakan akan
muncul karena galau, dari pengalaman
pribadi. Kalau orang yang pernah ngerasain galau pasti tau lah ya. Betapa
banyak kata-kata dari hati yang terdalam untuk disampaikan. Sebenarnya
kata-kata yang dari hati itu adalah kejujuran dan keindahan. Bahkan, jika
dituliskan akan memiliki nilai tersendiri, terlepas dari apakah yang menulis
memiliki skill atau tidak. Selanjutnya adalah karena memang hobi bercerita
dengan menulis. Maksud saya bercerita dengan menulis adalah mereka yang tidak
bisa menceritakan melalui lisan. Jika mereka bercerita melalui lisan,
kebanyakan mereka mengatakan They didn’t
get ma point. Yap, kira-kira itu adalah sedikit alasan yang bisa
disampaikan. Jika ada tambahan, bisa ngasi ide ke saya.
Okeh, ga perlu lama-lama, saya
ingin mengobati kangen dengan dunia tulis menulis ini. Kali ini saya ingin
berbagi sedikit kisah saya dengan beberapa teman-teman saya yang rindu akan
liburan (derita para pekerja di Ibu Kota). Memang beberapa bulan terakir saya
sempat searching di om google, destinasi untuk liburan dibulan oktober 2014.
Saya ingin liburan yang dekat, tapi bisa memenuhi rasa kangen terhadap kampung
halaman saya. Saking kangen dengan kampung halaman saya (padang), saya jadi
sering sakit-sakitan. Hiks…. Hiks… Hiksss.. Tetiba muncul pesan di salah satu
grup angkatan saya. Kenapa saya katakan salah satu? Yap, karena grup angkatan
kami sangat banyak, padahal isinya juga teman-temn se angkatan. Mungkin karena
ke”labilan” kami. Inti pesannya adalah bahwa akan ada beberapa dari kami
mengunjungi Gunung Padang yang letaknya di Cianjur, dan mengajak teman-teman
seangkatan, kalau ada yang mau gabung. Singkat Cerita, kami berangkat ber 6
dengan anggota Cilam (Ketua Grup yang menghandle perjalanan), ipung, curu,
cekoik, ati, dan saya.
Pada hari H keberangkatan, saya
udah siap siap dari setengah 5 pagi, mengingat lama perjalanan dari matraman-bogor itu memakan waktu 1,5
jam. Tapi yang namanya badan klo pagi-pagi, pengen guling-guling dulu dikasur.
Ternyata, kebablasan sampe 5.15 WIB. Dan untung, semua udah dipersiapkan dari
semalam. Jadi, saya mandi dan cus cus ke stasiun manggarai. Sampai di stasiun manggarai, ternyata kereta ke arah bogor
masih 10 menit lagi sampai di Manggarai. Yah, setidaknya bisa nyari sarapan di
sevel (7 Eleven) dulu. Selesai saya membayar sarapan di sevel, kereta datang. Dari
estimasi saya, kami bisa sampai di stasiun bogor untuk naik kereta ke Lampegan
sebelum jam 8. Ternyata, perkiraan saya meleset. Saya dan rekan saya, Astri,
telat sampai stasiun Bogor. Huaaaaa. Ditinggal kereta ke Lampegan.
Awalnya, saya merasa ditinggal
kereta adalah akhir dari weekend indah yang saya bayangkan. Campur aduk
perasaan saya kala itu. Ada rasa merasa bersalah telah menghancurkan liburan
yang udah lama direncanakan. Ada juga rasa takut dengan mereka yang udah
menunggu sedari tadi. Takut kalau-kalau mereka membenci saya. Tapi, ternyata
itu hayalan saja. Walaupun mereka “menggoda” saya dengan selorohan-selorohan
yang membuat kami tidak jadi berangkat pagi ke Lampegan. Yang terpenting adalah
kami berusahan menikmati setiap momennya. Jangan ada yang mengganggu mood. Tapi,
akhirnya kami memesan tiket keberangkatan jam 13.25 WIB. Dan sekarang, kami
memikirkan cara membunuh waktu sampai jam 13.00 WIB
Setelah fix ditnggal kereta, kami
focus mencari sarapan dulu. Yah, setidaknya mengisi perut yang kosong gegara bangun
subuh-subuh demi mengejar kereta, dan akhirnya ditinggal pergi kereta. Hehehe,
akhirnya kami berlabuh di KFC. Kenapa? Karena di sini tidak dibatasi sampai jam
berapa, asal kami tetap pesan. Agar waktu nongkrong kami bisa lama di KFC, kami
memesan menu gantian. Yah, seperti biasalah, pengen nongkrong lama tapi gak mau
duit cepat habis. Sambil menghabiskan
waktu setelah bosan dengan KFC, kami jalan-jalan seputaran kota Bogor. Yah,
namanya jalan-jalan, pasti jalan kaki. Kami meliat-liat kondisi pasar. Sekalian
nyari tongsis. Ups, cerita punya cerita, ternyata teman saya yg namanya Curu
lagi nyari holder tongsis. Tapi, ternyata doi malu nyari sendiri dikarenakan ga
mungkin cowok nyari-nyari tongsis. Akhirnya, saya mau ngaku-ngaku nyari tongsis
demi teman yang satu ini. Tapi, sampai kami berangkat, ga nemu jualan tongsis
di sekitar taman topi. Ya sudah lah, kami headout ke stasiun.
Sampai di stasiun, kami siap-siap
departure #ceritanyapura2elit. Persiapan tiket dan KTP untuk verifikasi. Sontak saya teringat dompet yang tertinggal
di meja kamar kos berisi KTP yang akan saya kasi liat ke bapak-bapak tukang
verifikasi tiket. OH MY GOD ! Gue lagi??? Ya Tuhaaan ! Kenapa saya selalu sial
hari ini ya Allah. I’ve ruined it. Itu batin saya. Kali ini saya berbesar hati
kalau seandainya ga bisa naik Kereta gegara ga bawa KTP asli. Tapi, cilam dan
curu mau nyobain last chance. Dengan jujur kami mengatakan permasalahan KTP
ini. Beruntung si Bapak menoleransi ini karena lima orang teman saya yang lain
membawa KTP. Alhamdulillah, Thanks God ! Akhirnya perjalanan panjang 3 jam di
atas kereta ekonomi bogor-lampegan, akan kami jalani.
Teeeeet !! Peluit kereta berbunyi. Bak katak menanti hujan dan hujanpun turun, kami sumringah membayangkan perjalan yang luar biasa ini. 15 menit berlalu, ternyata bayangan tidak sesuai dengan kenyataan. Bayangan kalau kami akan baik-baik saja di atas kereta ekonomi bogor-lampegan selama 3 jam ternyata berkebalikan. Walaupun menggunakan AC di atas kereta, udara di dalam kereta tetap panas, bahkan bagi rekan kami yang duduk dekat dengan jendela. Belum lagi, kecepatan kereta tidak seperti Commuter Line yang biasa digunakan di hari kerja. Perlahan canda tawa kami mulai hilang, diganti dengan hawa kepanasan dan keringat yang membasahi baju. Sambil ngabisin waktu, mereka (Eko, ipung, curu, astri dan cilam) main game Lets Get Rich. Saya sih lebih milih tidur. Walaupun panas, tetap ngorok. Hehe, udah biasa hidup di daerah panas, jadi ya ga masalah walaupun cuaca panas. Tetap lanjuuut.
Dua jam telah lewat. Perlahan matahari gak se "sangar" tadi. Jadi, di dalam kereta nggak sepanas yang tadi. Penumpang udah banyak yang turun, jadi kami udah nggak rebutan AC kereta lagi. pemandangan bagus pun mulai disuguhkan kepada kami. Ya, jadinya kami bengong melihat pemandangan selama 1 jam menjelang sampai di stasiun lampegan. Kira-kira setengah 5, kami sampai di stasiun Sukabumi. Di stasiun ini, kereta lebih lama berhenti. Kalo saya itung-itung sih sekitar 15 menit.
Nah, waktu 15 menit ini kami manfaatkan untuk momen foto-foto di atas kereta. Mengeluarkan tripod, mencari titik shoot, menyetting timer dan berapa kali jepretan untuk mode otomatis, dan. Ceklek ceklek ceklek. dengan pose masing-masing, kami bergaya. Awalnya saya punya niat untuk ngajakin teman-teman berfoto diluar kereta. Karena menurut saya view di luar itu seperti pemandangan jadul, dengan bangunan stasiun yang tinggi seperti tempat tinggal vampir. Tapi, saya urungkan, takut-takut kalau ketinggalan kereta lagi, dan kalau terjadi, akan benar-benar hancur rencana liburan kali ini.
Counting Down 1 jam sebelum sampai ke lampegan, kami senangnya bukan main. Cuaca sore perkampungan yang kami rindukan, seakan kami temukan dalam perjalan ini. Gunung, sawah, langit dan semak-semak yang sering kami temui di kampung, juga kami temukan di sini. Ternyata nggak kami sadari, bapak-bapak yang mengecek tiket kereta menghampiri kami. Menyakan tujuan kami. Ternyata apresiasi mereka mendengarkan kami ke Lampegan langsung ditebak oleh mereka kalo kami ingin mengunjungi situs Gunung Padang. "Hehe, Iye paak", jawab kami serentak. "Wah, semangat sekali kalian ya. Tapi itu tanjakannya tinggi lho. Ini yang kecil saya yakin ga bakal sanggup", lanjut si Bapak sambil menunjuk saya. Teman-teman tertawa gegara ucapan si Bapak. Selalu saya yang kena. Tapi, whatever lah, asal semua senang.
Jam menunjukkan 17.15 WIB. Itu artinya kami akan segera sampai di stasiun Lampegan. Menurut sumber yang dibaca, kami akan melewati terowongan sebelum sampai ke stasiun Lampegan. Dan, benar. Kami memasuki terowongan tua yang katany dibangun sejak jaman penjajahan belanda. Ketika melintasi terowongan, selorohan kami nggak jauh dari Harry Potter. Titik putih nampak dari kejauhan, dan itu adalah ujung dari terowongan. Dengan kata lain, kita uda sampai di Lampegan guys!!
Benar Sekali ! Ketika kereta berhenti, saya melihat papan stasiun tertulis "Stasiun lampegan". Yap ! Dan ketika kami mendarat, disambut beberapa abang-abang tukang ojek yang ramah. Berbeda dengan abang-abang ojek yang sering saya jumpai. Dengan sopan teman saya menolak dan mengatakan bahwa kita udah punya guide. Tiba-tiba penduduk lokal menggunakan topi kain (untuk sementara saya menyebutnya sebagai topi kain dulu, karena nggak tau istilah dalam bahasa sunda), menanyakan mana yang namanya Ilham. Ternyata penduduk lokal itu namanya adalah Kang Cecep, guide yang dimaksud Cilam (Ilham).
Okeh, kami dipandu oleh kang Cecep menuju lokasi Gunung Padang, dimana kami juga akan menginap ditempat yang udah disiapkan Kang Cecep, yaitu saung 2 kamar dan satu ruang tengah. Menuju lokasi, kami disuguhi pemandangan yang membuat kami takjub. Pegunungan, perbukitan, serta kebun teh dan jalan yang berkelok-kelok. Feels Like Home. Itu yang diucapkan teman saya yang berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat.
Sampai dilokasi, terdapat beberapa "kedai" kecil, dengan berbagai menu. Saya rasa ini cukup memanjakan pengungjung. Lengkap, walaupun ga ada Indomaret atau Alfamart, dan harganya termasuk murah untuk kategori tempat wisata bersejarah yang ramai dikunjungi. Biasanya setahu saya, objek wisata yang ramai dikunjunggi, penjual akan mematok harga yang tinggi. Kami mengelilingi lokasi. Penduduknya ramah.
Setelah berkeliling, kami balik ke saung, sekita beberapa menit sebelum adzan maghrib berkumandang. Walaupun cuaca diperbukitan ini tergolong dingin, tapi beberapa teman, termasuk saya tetap mandi. Brrr, kebayangkan dinginnya air pegunungan. We must endure it. hahahaha. Sehabis mandi dengan air yang dingin, pasti kelaparan dan ingin yang hot-hot. Yap ! Kami memesan Mie rebus dari ibu-ibu yang ada disebelah saung kami. Sebenarnya mereka menawari kami makan malam, tapi yah yang namanya perut ngiler dengan mie rebus kalo dingin, mau diapakan lagi. Cuma sebentar, mie rebus habis.
Kami melewati malam dengan membuat api unggun dan mendengarkan cerita-cerita Kang Cecep tentang sejarah Gunung Padang ini ditemukan, kemudian kaitannya dengan Atlantis serta Lemuria. Juga tentang penelitian "Santos" yang mengungkapkan Indonesia itu bagian dari Atlantis. Saya juga meyakini hal tersebut, karena saya pernah membaca ha; tersbut di jurnal ilmiah peneliti luar negeri. Tapi masih tidak terlalu yakin. Setelah itu, kami melanjutkan cerita ngalor ngidul. Menunggu mata lelah dan cuaca bertambah dingin. Yap, ketika mata udah lelah dan cuaca bertambah dingin, kami masuk ke kamar di saung. Terpisah antara cewek dan cowok. Menunggu perjalanan luar biasa esok hari.
Teeeeet !! Peluit kereta berbunyi. Bak katak menanti hujan dan hujanpun turun, kami sumringah membayangkan perjalan yang luar biasa ini. 15 menit berlalu, ternyata bayangan tidak sesuai dengan kenyataan. Bayangan kalau kami akan baik-baik saja di atas kereta ekonomi bogor-lampegan selama 3 jam ternyata berkebalikan. Walaupun menggunakan AC di atas kereta, udara di dalam kereta tetap panas, bahkan bagi rekan kami yang duduk dekat dengan jendela. Belum lagi, kecepatan kereta tidak seperti Commuter Line yang biasa digunakan di hari kerja. Perlahan canda tawa kami mulai hilang, diganti dengan hawa kepanasan dan keringat yang membasahi baju. Sambil ngabisin waktu, mereka (Eko, ipung, curu, astri dan cilam) main game Lets Get Rich. Saya sih lebih milih tidur. Walaupun panas, tetap ngorok. Hehe, udah biasa hidup di daerah panas, jadi ya ga masalah walaupun cuaca panas. Tetap lanjuuut.
Dua jam telah lewat. Perlahan matahari gak se "sangar" tadi. Jadi, di dalam kereta nggak sepanas yang tadi. Penumpang udah banyak yang turun, jadi kami udah nggak rebutan AC kereta lagi. pemandangan bagus pun mulai disuguhkan kepada kami. Ya, jadinya kami bengong melihat pemandangan selama 1 jam menjelang sampai di stasiun lampegan. Kira-kira setengah 5, kami sampai di stasiun Sukabumi. Di stasiun ini, kereta lebih lama berhenti. Kalo saya itung-itung sih sekitar 15 menit.
Nah, waktu 15 menit ini kami manfaatkan untuk momen foto-foto di atas kereta. Mengeluarkan tripod, mencari titik shoot, menyetting timer dan berapa kali jepretan untuk mode otomatis, dan. Ceklek ceklek ceklek. dengan pose masing-masing, kami bergaya. Awalnya saya punya niat untuk ngajakin teman-teman berfoto diluar kereta. Karena menurut saya view di luar itu seperti pemandangan jadul, dengan bangunan stasiun yang tinggi seperti tempat tinggal vampir. Tapi, saya urungkan, takut-takut kalau ketinggalan kereta lagi, dan kalau terjadi, akan benar-benar hancur rencana liburan kali ini.
Counting Down 1 jam sebelum sampai ke lampegan, kami senangnya bukan main. Cuaca sore perkampungan yang kami rindukan, seakan kami temukan dalam perjalan ini. Gunung, sawah, langit dan semak-semak yang sering kami temui di kampung, juga kami temukan di sini. Ternyata nggak kami sadari, bapak-bapak yang mengecek tiket kereta menghampiri kami. Menyakan tujuan kami. Ternyata apresiasi mereka mendengarkan kami ke Lampegan langsung ditebak oleh mereka kalo kami ingin mengunjungi situs Gunung Padang. "Hehe, Iye paak", jawab kami serentak. "Wah, semangat sekali kalian ya. Tapi itu tanjakannya tinggi lho. Ini yang kecil saya yakin ga bakal sanggup", lanjut si Bapak sambil menunjuk saya. Teman-teman tertawa gegara ucapan si Bapak. Selalu saya yang kena. Tapi, whatever lah, asal semua senang.
Jam menunjukkan 17.15 WIB. Itu artinya kami akan segera sampai di stasiun Lampegan. Menurut sumber yang dibaca, kami akan melewati terowongan sebelum sampai ke stasiun Lampegan. Dan, benar. Kami memasuki terowongan tua yang katany dibangun sejak jaman penjajahan belanda. Ketika melintasi terowongan, selorohan kami nggak jauh dari Harry Potter. Titik putih nampak dari kejauhan, dan itu adalah ujung dari terowongan. Dengan kata lain, kita uda sampai di Lampegan guys!!
Benar Sekali ! Ketika kereta berhenti, saya melihat papan stasiun tertulis "Stasiun lampegan". Yap ! Dan ketika kami mendarat, disambut beberapa abang-abang tukang ojek yang ramah. Berbeda dengan abang-abang ojek yang sering saya jumpai. Dengan sopan teman saya menolak dan mengatakan bahwa kita udah punya guide. Tiba-tiba penduduk lokal menggunakan topi kain (untuk sementara saya menyebutnya sebagai topi kain dulu, karena nggak tau istilah dalam bahasa sunda), menanyakan mana yang namanya Ilham. Ternyata penduduk lokal itu namanya adalah Kang Cecep, guide yang dimaksud Cilam (Ilham).
Okeh, kami dipandu oleh kang Cecep menuju lokasi Gunung Padang, dimana kami juga akan menginap ditempat yang udah disiapkan Kang Cecep, yaitu saung 2 kamar dan satu ruang tengah. Menuju lokasi, kami disuguhi pemandangan yang membuat kami takjub. Pegunungan, perbukitan, serta kebun teh dan jalan yang berkelok-kelok. Feels Like Home. Itu yang diucapkan teman saya yang berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat.
Sampai dilokasi, terdapat beberapa "kedai" kecil, dengan berbagai menu. Saya rasa ini cukup memanjakan pengungjung. Lengkap, walaupun ga ada Indomaret atau Alfamart, dan harganya termasuk murah untuk kategori tempat wisata bersejarah yang ramai dikunjungi. Biasanya setahu saya, objek wisata yang ramai dikunjunggi, penjual akan mematok harga yang tinggi. Kami mengelilingi lokasi. Penduduknya ramah.
Setelah berkeliling, kami balik ke saung, sekita beberapa menit sebelum adzan maghrib berkumandang. Walaupun cuaca diperbukitan ini tergolong dingin, tapi beberapa teman, termasuk saya tetap mandi. Brrr, kebayangkan dinginnya air pegunungan. We must endure it. hahahaha. Sehabis mandi dengan air yang dingin, pasti kelaparan dan ingin yang hot-hot. Yap ! Kami memesan Mie rebus dari ibu-ibu yang ada disebelah saung kami. Sebenarnya mereka menawari kami makan malam, tapi yah yang namanya perut ngiler dengan mie rebus kalo dingin, mau diapakan lagi. Cuma sebentar, mie rebus habis.
Kami melewati malam dengan membuat api unggun dan mendengarkan cerita-cerita Kang Cecep tentang sejarah Gunung Padang ini ditemukan, kemudian kaitannya dengan Atlantis serta Lemuria. Juga tentang penelitian "Santos" yang mengungkapkan Indonesia itu bagian dari Atlantis. Saya juga meyakini hal tersebut, karena saya pernah membaca ha; tersbut di jurnal ilmiah peneliti luar negeri. Tapi masih tidak terlalu yakin. Setelah itu, kami melanjutkan cerita ngalor ngidul. Menunggu mata lelah dan cuaca bertambah dingin. Yap, ketika mata udah lelah dan cuaca bertambah dingin, kami masuk ke kamar di saung. Terpisah antara cewek dan cowok. Menunggu perjalanan luar biasa esok hari.
Okeh, part 1 sekian dulu ya
sahabat-sahabat sekalian. Mungkin ini
sedikit dokumentasi dari cerita di atas.
Hmmm.... Ga tau kenapa, teman saya yang satu ini niat banget foto sama pocong.
Jepretan yang komposisi warnanya bagus.
Dua Foto ini kami ambil ketika masih jaim-jaim, membunuh waktu samapi jam 13.00 WIB
Ini adalah foto ketika kami berkeliling lokasi sekitar
Batu yang dibelakang rekan saya adalah patahan batu yang jatuh ke bawah
Ini adalah pose di atas kereta ketika kami sampai di stasiun Sukabum dengan menggunakan Tripod
Mengisi cakra dulu guys. Hahahaha
Landing di Lampegan, Awal pengalaman.
tetap, dengan berbagai macam pose
Ketika kami
bangun, setengan 5 subuh, cuaca dingin menusuk kulit. Yah, istilahnya gini,
udah di pegunungan, pagi-pagi dan subuh mesti ngambil air wudhu. Demi apaaa
coba. Yahp! Demi menjadi muslimin dan muslimah yang baik, kami bangkit dan
berwudhu untuk sholat. Sebelum melanjutkaan perjalanan “mini” pendakian ke Gunung
Padang untuk berburu sunrise.
Selesai semua
persiapan (sebenarnya nggak terlalu butuh persiapan sih) mendaki (pura-puranya
mendaki), kami cus dari saung menuju gerbang masuk Situs Gunung Padang.
Berhubung masih pagi buta, jadi belum ada petugas yang menjaga pintu masuk
Situs Gunung Padang ini. Anehnya, pintu itu memang selalu terbuka dan tidak
pernah tertutup. Lalu, kemungkinan orang-orang untuk masuk gratis dan gak bayar
bisa dong ya. Yap! Bisa banget. Nah, tapi kerennya, masyarakat sini jika
menjadi tour guide dari situs ini selalu mengatakan kepada kami (guest) untuk
membayar uang masuknya nanti setelah turun. Lebih asiknya lagi, ga ada
pengunjung yang mau nipu. Syukurlah. O iya, ngemeng masalah tour guide, mereka
memang menjadi guide perjalanan sambil menerangkan sejarah yang terkadang
menurut orang yg bukan penyuka sejarah, omongan salah satu tour guide ini
adalah diatas rata-rata untuk kategori tinggal di daerah pedesaan. Ternyata mereka
juga membaca referensi dari luar negeri dan melihat-lihat peneliti yang dulunya
datang ke Situs Gunung padang ini.
15 menit
melakukan pendakian yang sudah memiliki anak tangga membuat saya dan rekan saya
lelah. Pasti yang baca bakal bilang gini : ”Halah, udah pakai tangga pake cape
segala”. Tentu sajaaa. Jarak anak tangganya itu tinggi. Satu anak tangga itu
tingginya sepaha saya (saya orangnya mungil lo, 150an cm). Tanpa pemanasan
terlebih dahulu, capek akan lebih cepat menyerang.
Yah, ahirnya
dengan sisa-sisa nafas, kami sampai di atas situs gunung padang. Lebay. Tapi
begitulah, exited melihat pemandangan dari atas.
Ini foto saat sunrise di Situs Gunung Padang
Kira-kira pukul
7.00 WIB, selepas puas berfoto-foto dengan pemadangan dari atas gunung ini dan berhubung khalayak ramai sudah
berdatangan, kami memutuskan untuk turun kembali, lewat jalan yang berbeda. Ketika
sudah sampai di bawah, kami kelaparan tingkat dewa. Ada kedai yang menjual
gorengan, kami serbu. Selain itu kami juga nyari sarapan pagi, tapi berupa
nasi. Nah loo, jarang-jarang kalau kami saran paginya adalah nasi. Itu karena
efek kelaparan. Setelah menemukan tempat sarapan, kami memesan makanan dan
ngalor ngidul di pagi hari. Menceritakan rencana-rencana yang akan dilalui
untuk sampai kembali ke bogor alis balik. Nah. ini beberapa foto yang kami ambil.
Ketika belum rame, kami bebas berfoto-foto di sini
Untuk foto di bawah ini, kami menggunakan kamera NIKON
Sementara ini, dijepret menggunakan aplikasi self shutter dari Sony Xperia Z2
Setelah sarapan,
kami kembali ke saung dan bergolek-golek. Istilah mereka sih, ngaso. Tepatnya
istirahat. Hahahha, ribet banget ye. Sementara saya, nungguin antrian mandi,
karena habis mendaki dan makan, ituu rasanya HOT banget. Pengen main air.
Ternyata mereka juga ikut ngantri untuk mandi. Kami pun gentian. Akhirnyaaa,
kami semua selesai mandi dan packing. Berhubung hari masih panas, kami berniat
menunggu Dzuhur di sini setelah itu cus berangkat balik ke stasiun Lampegan
dengan Ojek. Dasar bocah-bocah (ane manggil teman-teman ane bocah), keliatan
spot foto aja, langsung minta turun Ojek, dan berhenti. Ceklek ceklek. Hahahhaa.
Kali ini yang jadi korban ke narsisan kami adalah kebun teh. Tapi saya senang
dengan “perangai” mereka yang seperti ini. Liburan memang untuk menghilangkan
beban. Jadi tertawa lepaslah bro!
Setelah sampai
di stasiun Lampegan, kami nyari makan siang dulu, mengingat perjalanan menuju
bogor akan kami tempuh selama 3 jam ke depan. Tidak lupa pula, kami
mengabadikan momen ini. Momen dimana kami bisa pergi bersama-sama. Puas
berpanas-panas ria, kami kembali ke dalam stasiun, menunggu kereta api datang.
Dan dari kejauhan terdengar panggilan kereta api. Tut tuuuut tuuut, jes jes
jes. Kami segera siap-siap. Membangunkan bocah-bocah yang ketiduran karenan
lelah. Dengan Exited sekaligus kecewa kami melangkah ke kereta, karena liburan
ini harus berakhir. Kembali, di atas kereta selalu dihiasi kehebohan. Setengah
jam berlalu, kami memilih tidur, dengan harapan sejam kemudian kami terbangun
menemukan pemandangan indah di perbukitan. Sayonara Pose !
Okeh guys, sekian dulu catatan kecil saya. Dan jangan lupa masih ada cerita Papandayan yang akan saya update. Monggo di cek Instragram saya "suryaniannisa".
No comments:
Post a Comment